Sabtu, 13 Maret 2010

Happy new year my Job 14-maret- 2009-2010

satu taun ngebLog satu taun kerja di warnet happy new year hehehe ^^


sekian lama nge-warnet aku di mafazah net tak terasa udah satu taun berlalu, kisah susah dan sedih ada disini, cinta pun begitu , muncul haha maksud teh suka ama pengunjung cewe-cewe yang kece kece , imut imut n seksi - seksi :hammer: iyah ini dia nih sekarang warneet gw agak sepi sialan tuh baru aja bikin udah ada yang ngikutin , halah gw tantangin deh siapa yang paling bertahan lama. harap-harap cemas nih dalam kesepian pengunjung ini gue takut nih si bos motong gaji gw padahal kita gak salah. huuu T.T .... help ya ALLah hamba ini belom kebeli apa-apa nih selama kerja, kalo pun gak bagus disini kasih petunjuk dong supaya bisa merubah hidup hamba , gak mau susah ,

Sate dan Mie Instan versus Timun



Siapa yang tidak tergiur akan kelezatan sate, apakah itu sate kambing, sate ayam, ataupun sate padang dan beraneka ragam makanan lainnya yang bersumber dari air tawar ataupun hasil laut seperti ikan mas, ikan kakap, baronang, cumi, kepiting dan teman-temannya, ditambah sedikit lalapan dan sambal yang pedas. Mmmm sangat menarik bukan ?? Dan tentu saja untuk menemukan jenis makanan tersebut di Jakarta khususnya tidaklah susah, bila kita perhatikan banyak sekali di jalanan yang mencoba menjajakan jenis makan tersebut. Akan tetapi berhati-hatilah bila Anda adalah pengemar jenis makan tersebut, karena penyakit kanker sudah mengintai kita.

Pada umumnya untuk membakar makanan tersebut biasanya digunakan arang, ternyata di sinilah awal penyakit kanker tersebut bermula. Karena begitu makanan tersebut dibakar menggunakan arang yang mengandung zat karbon, maka pada makanan tersebut sebetulnya ikut juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker. Tetapi tidak usah takut, bagi Anda pengemar makanan tersebut dapat mengatasinya dengan memakan timun, karena sate yang dibakar tersebut mengandung zat karsinogen (penyebab kanker) dan timun mempunyai anti karsinogen.

Bagi para pengemar mie instan, ternyata di dalam mie tersebut terkandung lilin yang berfungsi untuk melapisi mie instant (mungkin itu juga yah yang menyebabkan mie tidak lengket satu dengan yang lainnya). Pernah rekan saya bereksperimen dengan cara menyimpan kuah hasil olahan mie instan selama 3 hari, dan ternyata memang terbukti ditemukan zat seperti lilin.
Bagi anda pengemar mie instan, mungkin kini saatnya untuk berhati-hati mengkonsumsi mie tersebut, karena tubuh kita membutuhkan waktu 2 – 3 hari untuk membersihkan zat lilin tersebut. Dan saya juga biasanya kalau mengkonsumsi mie instan, selalu membuang air hasil rebusan dan menggantinya dengan air hangat yang baru. (untuk meminimalkan zat lilin yang masuk)
Dan masih banyak zat-zat berbahaya lainnya yang mengintai kita dan terbilang mudah menemukannya.
So…. Be careful aja kali yah..

90 Persen Museum Tak Layak Kunjung!



Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan tahun 2010 ini sebagai Tahun Kunjungan Museum (Visit Museum Year). Namun, mengutip running text di salah satu tayangan televisi swasta di Indonesia, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik kabarnya mengungkapkan, "90 persen museum di Indonesia tak layak kunjung". Nah, lho.

Keadaannya berbanding terbalik dengan museum-museum di Singapura. Walaupun dari segi ukuran dan mungkin juga koleksi yang dimiliki, museum-museum di Indonesia lebih hebat, tapi berkunjung ke museum-museum di Singapura lebih menyenangkan. Paling tidak itu yang diungkapkan beberapa orang yang pernah berkunjung ke museum-museum di Indonesia dan Singapura.

Saya sendiri mengalami hal yang sama, seperti diungkapkan beberapa orang yang membandingkan keberadaan museum di Indonesia dan Singapura. "Coba lihat bangunan dan interiornya, tidak kusam, berdebu, dan lampu penerangannya pun tidak redup," ujar seorang teman yang saya jumpai di Singapura, akhir Januari 2010.

Contoh yang bisa saya kemukakan di sini mungkin adalah MINT Museum of Toys yang terletak di Seah Street, Singapura. Bangunannya tidak terlalu besar, namun orang tak bosan datang ke sana. Bahkan yang sudah pernah datang pun, masih ingin selalu datang, karena secara tetap tentu, koleksi-koleksi yang ada ditampilkan dalam sudut dan sisi berbeda. Belum lagi koleksi baru yang makin melengkapi keberadaan museum yang sebenarnya hanya menyajikan berbagai koleksi mainan dari masa ke masa.

Uang mungkin memang berperan. Seorang teman yang bekerja di salah satu museum di Jakarta pernah mengungkapkan masih terbatasnya anggaran yang ada untuk membuat museum itu lebih menarik. Pernah ada yang mengusulkan mengapa tidak membentuk semacam Mitra/Sahabat Museum, yang seperti di Singapura, Friends of Museum dikenakan iuran sekitar S$ 50 - S$ 60 pertahun perorang (sekitar Rp 350.000). Usulan itu langsung "dimentahkan" teman lainnya, "Boro-boro mau jadi Friends of Museum dan bayar ratusan ribu, karcis masuk museum yang cuma seribu rupiah saja, masih belum membuat orang tertarik ke museum".

Iya, ya. Seribu rupiah untuk masuk museum masih terasa mahal, tapi membakar uang sepuluh ribu rupiah sehari untuk merokok, rasanya enteng saja. Bagaimana ya?

(Foto: Salah satu boneka Tintin di MINT Museum of Toys di Singapura).